Jangan kamu takut sesuatu selain dosamu sendiri.....
Jangan sekali kali kamu merasa malu belajar tentang sesuatu yang belum kamu ketahui.......

Luangkanlah waktumu untuk membaca/menulis, tapi jangan kamu habiskan waktumu hanya untuk membaca/menulis

20 Agustus 2009

KEPEMIMPINAN

TOTAL QUALITY LEADERSHIP ( TQL )
TOTAL QUALITY MANAGEMENT ( TQM )


Dalam total quality leadership, kepemimpinan dan mana­jemen lebih ditekankan, karena merupakan dua konsep yang hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan, mereka ibarat dua sisi dari satu mata uang.

Pemimpin dituntut untuk memiliki ”Strategic Vision” (pandangan strategis) yang jauh ke depan dan ”Strength of Will” (kekuatan tekad) yang besar.

Sedang manajer dituntut untuk memiliki ”Intrinsic of Know­ledge” (pengetahuan intrinsik) atau pengetahuan dalam bidang tugasnya yang baik serta ”Professional Judgement” (pertim­bangan profesional) yang mendalam.




SIFAT KEPEMIMPINAN

1. Kepemimpinan menurut Negara Kertagama. Tujuh belas ciri dan watak kebesaran kepemimpinan Nasional menurut Negara Kertagama. Kisah sukses para pemimpin manca negara memang menarik untuk disimak. Kita bisa belajar dari pengalaman mereka. Tapi janganlah lupa akan jati diri kita sebagai manusia Indonesia yang sudah beradab saat negara barat masih berada dalam jaman kegelapan, sementara kita sudah memiliki akar budaya yang kuat sebelum agama agama besar dilahirkan. Maka harus kembali ke budaya asal, supaya tidak tercabut dari akar jati diri sendiri sebagai bangsa yang besar. Dan harus belajar dari pengalaman peradaban sendiri. Sehingga tidak perlu lagi mengimpor pakar atau manajer dari luar negeri untuk memimpin. Menurut Negara kertagama seorang pemimpin haruslah:

a. Wijnya, artinya berpengetahuan luas.

b. Mantriwira, artinya berani membela kebenaran.

c. Wicaksaning Naya, artinya bijaksana tindakannya.

d. Matanggwan, artinya tangguh, pekerjaannya meyakinkan.

e. Setya Bekti Aprabu, artinya setia dan ikhlas dalam pengabdiannya.

f. Wagni Wak, artinya fasih dalam berbicara.

g. Apadu, artinya jujur.

h. Sarjjawa, artinya baik hati dan ramah.

i. Upasama, artinya tenang dan sabar.

j. Dhirotsaha, artinya rajin dan tak kenal putus asa

k. Tan Lalana, artinya cekatan.

l. Diwyacitta, artinya berhati mulia.

m. Tan Satrisna, artinya tak pandang bulu.

n. Ma SihISamata Bhuwana, artinya cinta sesama mahluk.

o. Ginong Pratidina, artinya selalu beramal baik.

p. Sumantri, artinya menjalankan tugasnya dengan baik.

q. Anayaken musuh, artinya selalu siap menghancurkan musuh.

2. Kepemimpinan berdasar Hasta Brata. Ada delapan sifat kepemimpinan yang dirumuskan oleh leluhur kita yang disebut dengan Hasta Brata atau 8 Pedoman. Sesuai perkembangan jaman 8 butir pedoman ini sering ditafsirkan dengan penekanan-penekanan yang berbeda. Hasta Brata sendiri ada beberapa versi salah satunya sebuah versi yang berasal dari Kitab Pedoman Hukum Manusia gubahan Manu yang juga disebut Manusmriti atau Manawadharma Shastra. Kitab ini berusia lebih dari 5000 tahun dan berasal dari India. Kemudian ada juga versi yang lebih muda yaitu Kakawin Ramayana hasil rumusan Mpu Yogishwara yang berusia lebih dari 1000 tahun dan berasal dari negeri kita sendiri. Terakhir adalah versi Keraton Surakarta yang merupakan adaptasi dari dua karya sebelumnya tapi telah di-update dan lebih selaras dengan perkembangan jaman.Versi ini dipopulerkan oleh Sri Pakoe Boewono III sekitar 125 tahun lalu. Menurut versi yang terakhir ini, seorang pemimpin sejati harus mempelajari, menguasai dan meniru sifat sifat alami berikut:

a. Matahari. Bersinar, memberi cahaya kepada semua tanpa pilih kasih. Matahari tidak membutuhkan motivasi untuk berkarya. Ia bekerja tanpa pamrih. Inilah ciri utama seorang pemimpin sejati, ia bercahaya dan berbagi cahaya. Ia bersinar dan berbagi sinar. Ia cerah dan berbagi pencerahan.

b. Bulan. Dalam keadaan segelap apapun Pemimpin Sejati tetap memandu,ia tidak melarikan diri atau beristirahat. Dengan sinarnya yang lembut Pemimpin sejati mengantarkan kita ke alam mimpi. Di sini “mimpi” berarti memimpikan masa depan yang lebih cemerlang. Dalam alam “mimpi” Pemimpin sejati merancang masterplan yang kemudian diwujudkannya di alam jaga demi bangsa dan negara.

c. Bintang. Pemimpin sejati seperti bintang yaitu sebagai penuntun, mengarahkan dan tidak mengharapkan ucapan terima kasih.

d. Bumi. Rela diinjak injak, diekspoitasi, tidak durus, namun tetap memberi, tidak membalas kejelekan dan kejahatan dengan kejelekan dan kejahatan, berjiwa besar dan bertekad bulat.

e. Air. Pemimpin sejati merupakan sumber energi. Ia senantiasa berbagi energi, berbagi semangat dengan siapa saja. Air selalu memberi kehidupan tanpa memandang golongan ,ras maupun agama.

f. Api. Api membakar habis ego pemimpin dan menjelma kembali dengan kesadaran baru sebagai pelayan. Membakar pula ketidak adilan, benih benih kebencian, kesadaran kelompok yang eksklusif dan serba sempit, demi kebersamaan, kesucian dan kemuliaan, itulah sifat api.

g. Angin. Seorang pemimpin sejati sangat lembut. Ia dapat menyusup kemana mana dan diterima oleh semua pihak karena kelembutannya. Ia bisa dimana mana tanpa memaksakan kehadirannya. Ia dapat bekerja sama dengan siapa saja, tanpa menggadaikan jiwanya.

h. Samudra. Pemimpin sejati harus seluas samudra, luas pengetahuannya, luas pikirannya, luas wawasan serta pandangannya, luas jiwanya, serba luas. Pemimpin boleh menerima hujatan, cacian, makian. Namun hendaknya semua itu tidak menurunkan semangatnya untuk senantiasa berkarya dan memberikan yang terbaik.

CIRI POWERFUL LEADER

Dalam Ilmu ESQ disebutkan bahwa Ciri pemimpin sukses adalah mereka yang sangat sadar untuk mempelajari diri mereka sendiri. Seorang powerful leader senantiasa menyadari bahwa fisik, emosi, dan spiritual adalah modal dasar yang sangat penting untuk menjalankan kegiatan dan aktivitas bekerja mereka. Sehungga paham spiritualisme mampu menghasilkan lima hal yaitu :

1. Integritas atau kejujuran.

2. Energi atau semangat

3. Inspirasi atau ide dan inisiatif.

4. Wisdom atau bijaksana.

5. Keberanian dalam mengambil keputusan.

Dalam ESQ pula kita diarahkan mempotensialkan kekuatan suara-suara hati nurani. Mengasahnya melalui metode ZMP (Zero Mind Process) yaitu penjernihan pikiran dalam diri kita, sehingga mampu menggugurkan ‘virus dan bakteri’ belenggu-belenggu negatif yang mengelilinginya. Setelah proses menuju zero (nol) tersebut telah dilalui, maka dengan mudah mengaplikasikan Titik Tuhan (God Spot) tersebut ke dalam realitas kehidupan kita, yaitu menuju alam fitrah yang penuh makna dan kebahagiaan. Dengan demikian, akan lebih mudah pula mempelajari serta menggunakan suara-suara hati tersebut sebagai pemandu dalam memandang inti permasalahan sesungguhnya di balik semua fenomena apapun dihadapan kita.

Kebebasan memilih adalah kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia. Namun setelah mengenal dan mempelajari suara-suara hati ilahiah tersebut, alangkah baiknya apabila keputusan atau sikap yang kita ambil, selalu berdasarkan pada suara hati spiritual yang memiliki kebenaran hakiki. Contoh, apabila pengambilan keputusan didasarkan pada keadilan dan kejujuran, maka keputusan ini dinamakan keputusan spiritual. Atau apabila keputusan ini diambil berdasarkan emosi, yaitu mengikuti kemarahan dan kekecewaan, maka hasil keputusan tersebut dinamakan keputusan emosional. Begitu pula bila didasarkan pada belenggu persepsi dan paradigma seperti prasangka negatif, kepentingan atau pengaruh pengalaman dan sebagainya, maka keputusan yang dihasilkan, diberi nama keputusan persepsi.

Dua belas sifat yang amat bermanfaat untuk kesuksesan yaitu :

1. Jujur.

2. Ingin dirinya bermanfaat.

3. Semangan mencipta.

4. Empati dan kerjasama.

5. Rendah hati.

6. Azas manfaat.

7. Berterimakasih

8. Disiplin.

9. Suka memberi.

10. Mau mendengar.

11. Teliti.

12. Kebersamaan yang kuat.

Keadilan, kejujuran, kasih sayang, sabar dan teguh adalah sifat-sifat yang begitu diidam-idamkan oleh semua orang, begitu dirindukan dan begitu dinantikan oleh manusia. Sifat-sifat tersebut bagaikan sebuah magnet yang memiliki daya tarik magis demikian kuatnya dan abadi sifatnya. Inilah yang disebut spiritual gravitasi. Manusia terus berganti-ganti, namun sifat-sifat itu tetap kekal dan akan selalu eksis sepanjang masa.

Itulah sifat keadilan dan kebenaran, ia terus bergerak dengan kekuatan yang begitu dasyat untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Ia hidup kekal sepanjang masa dan begitu mempesona. Ia begitu sulit untuk digengam, namun bayangan cahayanya mampu memantulkan secercah kesejukan. Membuat kita menangis takkala ia jauh, membuat kita bahagia apabila ia mendekat.

Sifatnya begitu lembut, sampai-sampai tak terasakan oleh indra peraba dan perasa, sedikitpun tak terlihat oleh indra penglihatan, tak terdengar oleh telinga. Ia hanya mampu dirasakan dari dalam bilik sang hati. Namun jangan anda kira, bahwa semua jenis dan warna hati apapun mampu merasakan kehadirannya. Karena hanya hati yang bening bagaikan kaca, yang memiliki kemampuan untuk merasakan keberadaannya. Bagi jiwa yang bening ini, ia begitu jelas terlihat dengan mata hati, bahkan lebih jelas dari sinar rembulan, bintang dan matahari sekalipun. Sifat indah itu adalah sifat nan mulia yang lembut dan agung.

TOTAL QUALITY LEADERSHIP (TQL)

Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif dalam organisasi masa depan, pemimpin tidak menjadi pemain atau bahkan pembina, tetapi menjadi “perancang permainan” yang menggali semua hal yang terbaik dari orang lain dan mengimplementasikan TQL/TQM. Implementasi TQL/TQM yang perlu mendapat perhatian, antara lain :

1. Menciptakan ruang untuk lebih banyak pemimpin yang masing-masing dicirikan oleh pandangan yang berbeda tentang organisasi, yaitu :

a. Organisasi sebagai “Hierarki”, yang alat utamanya adalah pendelegasian.

b. Organisasi sebagai “Komunitas”, yang alat utamanya adalah misi, visi, nilai, dan suatu wewenang serta tanggung jawab.

c. Organisasi sebagai “Ekonomi”, yang alat utamanya alah intraprise bebas, pendidikan dan kepemimpinan efektif dari tugas pokoknya.

2. Membangun organisasi pembelajaran yang secara garis besar sesuai dengan tiga posisi organisasional yang berbeda sehingga ada tiga jenis pemimpin yang penting, yaitu :

a. Pemimpin lini lokal, yang dapat menyelenggarakan eksperimen organisasi untuk menguji coba apakah kapabilitas pembelajaran yang beru mengarah pada hasil yang lebih baik.

b. Pemimpin eksekutif, yang memberi dukungan bagi pemimpin lini untuk mengembangkan infrastruktur pembelajaran dan yang memimpin dengan keteladanan dalam proses bertahap dalam rangka menumbuhkan norma dan perilaku.

c. Pengatur jaringan kerja internal (Internal community builder), pembawa benih budaya baru yang dapat bergerak bebas di dalam organisasi untuk menemukan merekan yang ditunjuk guna mengangkat perubahan dan membantu dalam percobaan organisasi,

3. Mengelola perjalanan menuju efisiensi dan efektifitas untuk menciptakan suatu organisasi puncak yang mengetahui kemana ia menuju dan disitu setiap orang terikat diorganisasi dan siap untuk melaksanakan suatu visi yang disepakati bersama. Yang dimaksud efisiensi dan efektivitas disini adalah sebagai berikut :

a. Efisiensi adalah segala sesuatu tentang implementasi dan berbicara mengenai efisiensi berarti membahas tentang sistem dan prosedur atau cara pekerjaan dilaksanakan.

b. Efektivitas ada hubungannya dengan memfokuskan energi organisasi ke suatu arah tertentu dan berbicara mengenai efektivitas berarti membahas tentang visi, misi dan arah (Program dan kegiatan).

4. Melaksanakan peranan seorang pemimpin dalam Tiga fungsi atau kegiatan dasar, berdasarkan model pemimpin yang berlandaskan prinsip (Principle Centered Leader models), yaitu :

a. Pathfinding (Pencarian Alur). Esensi dan kekuatan dari Pathfinding diperoleh dalam Misi dan Visi yang pasti serta memiliki arti yang lebih mendalam. Pathfinding mengikat sistem nilai dan Visi anda dengan kebutuhan pelanggan (User) melalui suatu perencanaan strategis yaitu The Strategic Pathway (Jalur Startegis).

b. Aligning (Penyelarasan). Aligning terdiri atas upaya memastikan bahwa struktur, sistem dan proses operasional organisasi anda memberi dukungan pada pencapaian Misi dan Visi dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Sedangkan tujuannya adalah memberi dukungan dan penyetaraan (Leverage) terbesar. Dari prinsip pentelarasan muncul jika bawahan anda merasa selaras dengan misi, visi dan strategi, serta menghayati pemahaman akan kebutuhan. Berbagai keterikatan yang kuat untuk mencapai visi, terpanggil untuk menciptakan dan secara kontinyu memperbaiki struktur dan sistem yang memenuhi kebutuhan.

c. Empowerment (Pemberdayaan). Yang di maksud dengan Empowerment adalah apabila tujuan dan misi perorangang dipersatukan dengan misi organisasi dan tujuan-tujuan itu saling isi mengisi, maka terciptalah sinergi yang besar. Serta semangat yang digerakkan dalam diri orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas latin untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang disepakati, untuk mencapai nilai, visi dan misi bersama.

5. Mengembangkan kepemimpinan Tiga dimensional (Three Dimentional Leadership Development). Kerangka tiga dimensional menuntut pengembangan :

a. Bisnis individu (Individual Business).

b. Kepemimpinan (Leadership).

c. Efektivitas keterampilan pribadi (Personal Effectiveness Skills).

Masing-masing adalah unsur penting dari Leadership equation (Persamaan kepemimpinan), yang ternyata tidaklah cukup hanya menajdi seorang ahli bisnis yang ulung. Seorang eksekutif harus pula seorang pemimpin sekaligus memiliki efektivitas keterampilan yang luar biasa.

6. Menerapkan Teori Relativitas Einstein mengenai keterkaitan antara masa dan energi, yaitu E = m C² (Energi sama dengan masa dikalikan kecepatan cahaya pangkat dua). Pada suatu organisasi kita dapat mengatakan bahwa energi (E) diciptakan oleh pemimpin yang memberi inspirasi pada anggota organisasi mereka (m) untuk mengantisipasi dan menanggapi kecepatan yang tinggi (C²). Untuk itu diperlukan rekayasa gunan mendukung suatu lingkungan yang menimbulkan energi dan wujud lingkungan yang demikian itu adalah :

a. Organisasi yang terbuka terhadap informasi lingkungan dari karyawan, pesaing, pelanggan dan pasar.

b. Tim menyadari akan kekuatan dan kelemehannya dibandingkan kekuatan dan kelemahan pesaing, serta bermain di dalam kelebihan dan kekuarangan tersebut.

c. Karyawan memiliki kesadaran bahwa ada tujuan lain selain mencari kesejahteraan, yang dipandu oleh suatu dasar ideologi maupun sasaran kinerja yang mengharuskan dan menantang.

d. Wewenang dan tanggung jawab disentralisasi sehingga organisasi menjadi suatu kumpulan unit kecil dan dapat dipertukarkan, yang bekerja untuk mencapai tujuan bersama.

e. Terdapat banyak pemimpin.

7. Mampu melaksanakan tugas kepemimpinan masa depan yang meliputi ;

a. Mengalihkan harapan menjadi tindakan.

1) Harapan berasal dari berbagai bentuk, yaitu visi dan misi, pandangan ke depan, tujuan dan sasaran, strategi dan rencana kerja.

2) Tindakan adalah mengungkapkan pernyataan suatu tujuan ke dalam serangkaian perilaku.

b. Menyadari pada lima asumsi, yaitu :

1) Dari kepemimpinan di puncak ke kepemimpinan bersama.

2) Dari kejadian satu kali menjadi proses berkesinambungan.

3) Dari juara individual ke kemenangan tim.

4) Dari pemecah masalah ke perintis.

5) Dari pemikiran unidimensional ke paradoksikal.

c. Memerlukan kredibilitas kepemimpinan pribadi dan kepabilitas organisasi.

1) Kredibilitas kepemimpinan diukur atas dasar enam kriteria, yaitu :

a) Conviction (Keyakinan), yaitu keinginan dan komitmen orang lain terhadap visinya.

b) Character (Karakter), yaitu pengungkapan integritas, kejujuran, respek dan kepercayaan secara kaonsisten.

c) Care (Kepedulian), yaitu ungkapan kepedulian atas kesejahteraan diri sendiri (pribadi) maupun profesional orang lain.

d) Courage (Keberanian), yaitu kemauan untuk bertanggung jawab atas keyakinanya, menantang orang lain, mengakui kesalahan dan mengubah perilaku diri sendiri apabila perlu.

e) Composure (Ketenagngan batin), yaitu pengungkapan secara konsisten, reaksi emosional yang tepat, khususnya dalam situasi krisis.

f) Competence (Kompetensi), yaitu keahlian dalam Hard Skill (Ketrampilan khusus seperti teknis, fungsional), Content expertise skill, serta Soft skill (seperti ketrampilan interpersonal, komunikasi tim dan organisasi).

2) Kapabilitas kepemimpinan diukur atas dasar lima kriteria, yaitu :

a) Assessment (Penilaian), yaitu pemimpin perlu menilai kekuatan dan kelemahan pribadi dan organisasinya. Penilaian yang jujur membantu mereka melihat dunia sebagaimana adanya. Pemimpin akan dapat mengenali diri dan organisasi mereka dengan mengakui kelemahan serta membangkitkan kekuatan diri. Hal ini sangat diperlukan untuk mencapai kemajuan.

b) Articulation (Penentuan), yaitu pemimpin perlu menentukan sasaran dan arah pribadi serta organisasi mereka. Misi pribadi dan misi organisasi merupakan sarana yang berguna bagi penentuan arah.

c) Allocation (Alokasi), yaitu pemimpin perlu mengalokasikan sumber daya pribadi yang meliputi waktu dan keterjangkauannya. Pemimpin juga perlu mengalokasi sumber daya di dalam oragnisasi untuk memperkuat organisasi tersebut. Meningkatkan kemampuan melalui pelatihan, pembentukan tim dan upaya rekayasa ulang serta berbagai informasi, menjadi saranasemangat organisasi.

d) Attention (Perhatian), yaitu pemimpin perlu memusatkan perhatian mereka yang memiliki semangat mengenai beberapa prioritas, dan dengan memberi perhatian pada mereka yang minatnya mungkin tidak bisa dipenuhi oleh aturan mayoritas. Pemimpin membantu organisasi memusatkan perhatian dengan merinci beberapa prioritas kunci, mengejar prioritas itu tanpa lelah dan membangun budaya organisasi untuk memecahkan masalah.

e) Accountability (Pertanggung jawaban), yaitu pemimpin harus memastikan tanggung jawabnya, tanpa proses umpan balik dan membuat laporan, serta sasaran pribadi hanya menjadi impian bukan kenyataan. Dalam sistem kinerja manajemen seperti ini, perilaku organisasi yang diharapkan dan bisa dimintai pertanggung jawaban menjadi sangat penting.

8. Sun Tzu dalam buku The Art of War atau Sun Zi Art of War (Sun Zi Bingfa) mengatakan bahwa keberhasilan persaingan (keberhasilan dalam kondisi perubahan, konflik, ketidakaturan dan ketidakpastian di medan perang) pada taraf tertentu, kepandaian memimpin bisa dinilai dari beberapa faktor yang berasal dari karakter seseorang. Filosofi ajaran Confusious sebagaimana didefinisikan oleh Sun Tzu/Sun Zi yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut :

a. Kualitas Jenderal dari seorang panglima mengacu pada kualitas kebijaksanaan (zhi), sifat dapat dipercaya (xin), kemurahan hati (ren), keberanian (yong) dan disiplin (yan).

1) Kebijaksanaan (zhi) mengandung arti kemampuan untuk menganalisis, menilai, membedakan, membuat strategi dan merencanakan.

2) Sifat dapat dipercaya (xin) mengandung arti kepercayaan, dapat dipercaya, mengandalkan/pengandalan, setia, mempercayai dan reputasi yang dapat dipercaya.

3) Kemurahan hati (ren) mengandung arti cinta, simpati, kebaikan dan sifat bersahabat.

4) Keberanian (yong) mengandung arti berani, tegas dan tidak mengenal takut.

5) Disiplin (yan) mengandung arti ketat, keras, teguh, adil, dihormati dan penghormatan.

b. Ada 7 (tujuh) faktor yang menjadi struktur dasar untuk mempelajari seni kepemimpinan dan dinamakan prinsip SPARKLE, yaitu :

1) Self Discipline (Disiplin diri), yaitu pemimpin cenderung hidup dengan seperangkat aturan atau prinsip yang ia pastikan cocok baginya dan diterima pendukungnya.

2) Purpose (Tujuan), yaitu pemimpin mengembangkan determinasi kuat untuk mencapai visi, misi dan sasaran. Determinasi kuat ini menciptakan moral dan semangat yang tinggi diantara pendukung-pendukung-nya sekaligus memungkinkan pemimpin menggunakan kekuasaan pribadi maupun organisasi secara efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin menggunakan kekuasaan ini untuk mengarahkan dan mengendalikan pengikutnya.

3) Accomplishment (Pencapaian), yaitu pemimpin mendefinisikan hasilnya dalam hal pemenuhan kebutuhan pendukungnya. Dengan tindakan efektif yang meliputi unsur-unsur keputusan, determinasi, energi, kesederhanaan, keseimbangan dan peluang merupakan dasar hasil yang memuaskan bagi fondasi kepemimpinan.

4) Responsibility (Tanggungjawab), yaitu pemimpin mengemban tugas dan kewajiban yang berasal dari kepercayaan serta kekuasaan yang diserahkan kepadanya. Kewajiban diartikan adanya persepsi yang jelas dari tindakan yang telah ditentukan serta perhatian demi kepentingan terbaik pendukungnya. Dengan demikian pemimpin yang hebat adalah mengakui sepenuhnya hasil keputusan dan tindakannya serta menanggung konsekuensinya bersama para pendukungnya.

5) Knowledge (Pengetahuan), yaitu merupakan dasar keberhasilan pemimpin. Pengetahuan ini menyangkut tiga aspek yaitu :

a) Aspek pertama adalah pengetahuan dasar, yang berkaitan dengan mempelajari sains, sejarah dan kodrat manusia.

b) Aspek kedua adalah pengetahuan strategis, yang berkaitan dengan pemahaman kebutuhan, tujuan pendukung/pesaingdan merencanakan langkah-langkah efektif untuk mencapai sasaran.

c) Aspek ketiga adalah pengetahuan taktis, yang berpusat pada pengenalan ancaman dan peluang yang muncul serta mampu menanggapinya dengan cepat dan tepat melalui inovasi dan improvisasi.

6) Laddership (Jenjang), yaitu pemimpin harus memahami ciri-ciri khas, kontrak sosial dan moral dengan pendukungnya, serta bergantung pada pengikutnya dalam hal kekuasaan dan sampai pada batas tertentu mampu membuktikan hasil-hasilnya. Lewat pelaksanaan kekuasaan yang tepat, pemimpin bertanggung jawab melaksanakan berbagai bentuk perintah dan disiplin dengan menggunakan sistem ganjaran dan hukuman.

7) Example (Keteladanan), yaitu tindakan pemimpin menjadi contoh tindakan kelompok pendukungnya dan karakter membentuk warna moral kepemimpinan. Standar yang digunakan menjadi tolok ukur kelompok tersebut dan orang-orang yang disukai menjadi pembawa panjinya serta dalam segala situasi pemimpin itu ditaati dan ditiru.

9. Dalam era keterbukaan dan demokratisasi yang telah melahirkan adanya perubahan tatanan kehidupan sosial yaitu dengan terbentuknya sikap kritis masyarakat yang terbuka dan berani, tentunya secara umum berpengaruh terhadap perkembangan kepemimpinan. Pemimpin masa kini dan masa depan dituntut untuk memiliki sikap konsistensi, taat asas atas sistem dan kaidah organisasi yang mencakup seluruh dimensi faktor kepemimpinan dengan disertai sikap, moral, watak dan karakter, serta kemampuan IQ, EQ dan SQ dihadapkan dengan tantangan tugas dan peran yang diemban maka pemimpin haruslah profesional yang dilandasi oleh :

a. Knowledge, yaitu pengetahuan yang dimiliki harus mampu mengikuti setiap perkembangan Iptek.

b. Expertise, yaitu keahlian yang paripurna di dalam pelaksanaan tugas pokok yang diembannya.

c. Social Responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab yang mendalam terhadap lingkungan dalam ruang lingkup penugasannya.

d. Corporateness and Cohesiveness, yaitu memiliki jiwa korsa, rasa sepenanggungan (solidaritas), keakraban, kekompakan dan keterpaduan dalam organisasi.

e. Expieriences, yaitu memiliki pengalaman yang luas dalam penugasannya.

f. Moral Integrity, yaitu merupakan refleksi dari pola sikap, pola tindak dan pola pikir sebagai seorang pemimpin.

Dalam total quality daripada kepemimpinan menuntut pengetahuan dan kecakapan baru bagi tiap orang dalam organisasi. Dalam hubungan ini pimpinan perlu menyadari bahwa tiap orang dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menghayati informasi yang diterimanya. Untuk semua itu pimpinan harus mempunyai sistem belajar bagi organisasinya, komunikasi secara terbuka dan perencanaan jangka panjang serta bekerja secara tim, merupakan norma yang harus diikuti.

Pimpinan sekarang harus mulai berpikir sebagai ”Deve­lopmental Agency” (agen perubahan), karena masalahnya bukan hanya bagaimana mendapatkan konsep dan keterampilan baru, tetapi juga bagairnana menanggalkan hal yang tidak lagi ber­guna bagi organisasi atau cara membuang banyak pemikiran yang berakar dan kebiasaan kerja di kalangan para karyawan dan manajer. Untuk itu diperlukan kecermatan, kesabaran dan kekuatan dalam mengemudikan organisasi ke arah yang berbeda dari arah sebelumnya.

KITA SEMUA ADALAH PEMIMPIN

Terkadang orang mengaharap diri mereka menjadi pemimpin dan sering kali tak menyadari bahwa sebenarnya mereka / kita adalah pemimpin bagi diri mereka / kita sendiri. Hampir setiap orang menjadi pemimpin di lingkungannya masing-masing, terlepas dari besar kecilnya jumlah orang dalam kelompok tersebut.

Ketidaksadaran inilah yang acap kali mengakibatkan orang tidak mau mengembangkan ilmu kepemimpinannya. Jargon-jargon seperti “Saya ini rakyat kecil“ sesungguhnya sangatlah menyedihkan. Apabila ia mampu menciptakan serta menghidupkan kebesaran jiwa di kalbu, tidak ada istilah orang kecil, semua sama dan setiap manusia adalah Khalifah di muka bumi.

Terlepas dari kedudukan resmi orang sebagai pemimpin, maka perlu disadari bahwa setiap kata yang terucap dan setiap langkah yang dibuat, selalu akan menimbulkan pengaruh kepada orang lain disekitarnya. Segala perbuatan dan tingkah laku yang diperbuat akan menciptakan diri anda menjadi seorang pemimpin atau tidak sama sekali. Seorang pemimpin bagaimanapun tipikal dan gaya kepemimpinannya semuanya bergantung pada prinsip yang dianutnya dan lingkungan akan bisa membuat anda menjadi seorang pengikut, disadari dan tanpa disadari.

Orang yang tidak memiliki prinsip akan sangat mudah terpengaruh dan orang yang memiliki prinsip kuat nan teguh akan menjadi seorang pemimpin besar melalui pengaruh yang kuat. Apabila seorang tidak memiliki prinsip mereka akan menjadi seorang pengikut saja, tak peduli prinsip itu benar atau salah.



arikenya wibowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

belajar menulis, belajar membaca, belajar berkomentar, belajar dikomentari............ why not???