Jangan kamu takut sesuatu selain dosamu sendiri.....
Jangan sekali kali kamu merasa malu belajar tentang sesuatu yang belum kamu ketahui.......

Luangkanlah waktumu untuk membaca/menulis, tapi jangan kamu habiskan waktumu hanya untuk membaca/menulis

18 Maret 2010

PENDIDIKAN UNTUK MENJADI ORANGTUA PROFESSIONAL

MENGASUH ANAK VS MENGELOLA ANAK


Menjadi orangtua adalah suatu profesi yang sangat mulia. Namun sebagian besar dari kita tidak mengerti harus bagaimana mempersiapkannya. Ketika kita mempersiapkan pernikahan maka kita sibuk memikirkan acara pestanya. Kita sibuk memikirkan siapa yang akan diundang, gaun apa yang akan dikenakan pengantin wanita, makanan seperti apa yang akan dihidangkan, foto kenangan seperti apa yang akan dilakukan dan mungkin juga tempat tinggal seperti apa yang akan dihuni.

Banyak diantara pasangan muda yang menikah tidak mempersiapkan diri untuk mendidik anaknya. Mereka berpikir bahwa kalau menikah dan punya anak maka secara alami kita pasti bisa mendidiknya. Tidak perlu belajar. Tetapi setelah anaknya bermasalah barulah mereka sadar telah membuang waktu untuk belajar. Itupun untung jika masih sadar. Banyak yang tidak menyadarinya sampai tua.

Kebanyakan orangtua sekarang lebih mampu mengelola anaknya ketimbang mengasuh atau mendidiknya. Mengelola adalah kegiatan yang dilakukan dengan pikiran logis. Contohnya menyelesaikan pekerjaan rumah, mengikutkan anak les musik / balet / pelajaran, mengingatkan anak untuk makan, mandi dan tidur. Intinya tentang bagaimana membantu mereka melakukan apa yang ingin mereka lakukan dan menjadi apapun yang mereka inginkan yang sesuai dengan keinginan kita. Kita memperlakukan anak-anak seperti karyawan di kantor yang perlu dikontrol dan diawasi dengan seperangkat aturan.

Apakah dengan cara mengelola seperti itu sudah layak dan cukup disebut mengasuh dan mendidik? Pengasuhan merupakan kegiatan yang kita lakukan dengan pikiran dan juga perasaan. Hal tersebut meliputi memberi pelukan yang cukup banyak, memberi pujian dan menyemangati ketika anak-anak tertekan, memberikan kehangatan untuk menentramkan mereka dan memberikan mereka waktu berkualitas. Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah mengetahui siapa mereka dan membantunya menjadi seperti apa yang ada dalam dirinya. Bukan menjadikan mereka seperti apa yang kita inginkan.

Analogi yang paling buruk tentang pengasuhan anak adalah yang mengibaratkan anak seperti gumpalan tanah liat dan orangtua adalah pematungnya. Hal ini menggambarkan bahwa anak berada dalam pihak yang pasif dan tak berdaya sama sekali. Anak diposisikan tidak memberikan kontribusi dalam proses tumbuh kembangnya. Hal ini pada akhirnya gagal dan sangat merugikan perkembangan anak itu sendiri.

Analogi yang lebih baik adalah analogi bibit tanaman. Pohon kecil yang ditanam di taman semuanya mirip. Tapi ternyata mereka semua berbeda. Ada pohon pinus, pohon apel dan pohon mangga. Kita tidak membentuk mereka melainkan merawatnya sesuai dengan karakteristik yang telah ada.

Kita perlu mencari tahu pohon jenis apa. Setelah itu mempelajari apa yang mereka perlukan dan menyediakan apa yang diperlukan tersebut. Mungkin pupuk yang sesuai dan pasokan air yang memadai sesuai dengan semua sifatnya agar mencapai pertumbuhan optimal.

Dalam hal ini mengelola, membentuk, mengarahkan dan mengajari mendapatkan porsi. Mengasuh dan mendidik adalah selubung yang melingkupi semua hal tersebut. Mengasuh dan mendidik memerlukan kecakapan untuk menentukan kapan saat terbaik untuk mengelola, membentuk, mengarahkan dan mengajari anak sehingga dengan begitu si anak bisa menemukan memunculkan potensi dan karakteristik terbaik yang telah ada dalam dirinya.

Bagaimana dengan Anda? Apakah selama ini Anda lebih banyak mengelola atau mengasuh? Masih ada waktu untuk mengubah diri dan mempelajari banyak hal untuk membantu anak kita mengembangkan potensi terbaik dirinya. Segeralah ambil tindakan.




SUNGGUH MENAKJUBKAN BAGAIMANA ORANGTUA YANG BAHAGIA DAN POSITIF AKAN MENGHASILKAN ANAK YANG TUMBUH MENJADI PRIBADI YANG MEMPESONA


Berikut ini adalah rahasia pengasuhan anak secara positif :


1. Untuk membesarkan anak yang sehat dan bahagia, ajarilah anak untuk mencintai dan menyayangi dirinya sendiri.

Caranya :

· Perhatikan diri Anda sendiri terlebih dahulu.

· Selalu sediakan waktu bagi diri Anda pribadi di tengah kesibukan harian Anda.

· Sediakan waktu bagi Anda untuk berolahraga, merawat diri, dan meluangkan waktu bagi pengembangan pribadi Anda.

· Sadarkah Anda bahwa orangtua yang tidak menghargai dirinya sendiri akan membesarkan
anak dengan sifat serupa!


2. Luangkan waktu yang berkualitas setiap hari.

· Pemberian terindah dari orang dewasa adalah menjadi malaikat itu bagi seorang anak yang istimewa. Tunjukkan betapa Anda sungguh bergembira atas kehadirannya.

· Jadilah 'Ahli gembira' bagi putra-putri Anda.

· Ubahlah waktu mengerjakan tugas harian menjadi momen yang berharga dan istimewa.

· Bernyanyi, memeluk, berbagi tawa dan cerita dapat membuat saat-saat biasa menjadi tak terlupakan.


3. Jadilah pendengar yang baik.

· Hal ini bukanlah hal yang mudah bagi orangtua.

· Betapa sering orangtua menyela dan sibuk dengan nasehat-nasehat bahkan pada saat anak belum selesai berbicara? Simpanlah kekuatiran-kekuatiran Anda pada saat mendengarkan.

· Cobalah untuk mendengarkan anak Anda sepenuhnya tanpa menghakimi.

· Anda perlu menahan diri untuk tidak memikirkan atau memberikan pendapat Anda sendiri.

· Dengarkan mereka dengan hati yang terbuka dan penyayang. Lupakanlah diri Anda dan tempatkanlah diri Anda pada sudut pandang anak Anda.

· Ajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai ganti dari memberikan pendapat.

· Cara orangtua mendengarkan tanpa menghakimi akan membuat anak merasa diterima dan dimengerti.


4. Seringlah tertawa.

· Sebab kegembiraan itu menular! Anggaplah pada saat ini diri Anda terpilih untuk melakukan tantangan '30 hari tersenyum bersama keluarga' ! Anda akan menyaksikan keajaiban dari kegembiraan dan kasih sayang yang Anda bawa kepada orang-orang di sekitar Anda.

· Buatlah momen sehari-hari menjadi luar biasa berkat kegembiraan dan semangat yang Anda bawa ke dalamnya.


5. Berilah pengakuan dan penghargaan.

· Latihlah mulai dari diri Anda sendiri untuk memberikan penghargaan terhadap setiap keberhasilan, bahkan yang paling kecil sekalipun, yang telah Anda lakukan hari ini.

· 'Pagi ini saya berhasil bangun lebih pagi untuk berolahraga', 'Setelahnya saya berhasil menyiapkan sarapan dan mengantarkan putra saya ke sekolah tanpa terlambat', 'Hari ini saya berhasil sabar menghadapi putra saya'.

· Ajarlah diri Anda untuk memberikan penghargaan yang tulus atas tugas-tugas sederhana yang Anda berhasil Anda selesaikan.

· Penghargaan ini akan memberi semangat baru dalam hidup Anda untuk menjalankan tugas yang lebih besar.

· Luangkanlah waktu 5 menit bagi diri Anda setiap harinya untuk memikirkan dan menuliskan kesuksesan-kesuksesan yang telah Anda raih hari ini.

· Rasakanlah bagaimana hidup Anda berubah, nikmatilah semangat baru yang mengisi setiap kegiatan Anda.

· Bagikanlah penghargaan ini juga kepada anak-anak Anda. Berikanlah pujian, pengakuan dan penghargaan yang tulus kepada mereka.

· Ingat, penghargaan yang baik menekankan pada tindakan, bukan pada prestasi yang dicapai.

· Ungkapkan penghargaan Anda secara antusias, sungguh-sungguh, dan penuh cinta. 'Horeee…putriku ingat membereskan tempat tidur.

· Hip, hip, horee…ia bahkan membantu ibu menyapu lantai!' Berikan pelukan terbesar yang dapat diterimanya.

· Pengakuan dan pujian yang tulus mempunyai kekuatan untuk mengubah!


6. Disiplinkan anak dengan hormat.

· Ajarkanlah anak turut bertanggung jawab atas tugas-tugas rutin dalam rumah tangga.

· Anak yang secara aktif turut dilibatkan dalam tugas rutin dalam rumah tangga pada
masa dewasanya akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar.

· Perbaiki kesalahan mereka dengan kelembutan namun Anda harus terus-menerus konsisten.

· Berikan konsekuensi yang wajar dari pelanggaran dengan tujuan untuk mengajarkan
tanggung jawab.

· Janganlah memarahi apalagi mempermalukan anak di depan orang lain atas kesalahan yang mereka perbuat.

· Ajaklah mereka ke tempat sepi untuk berbicara hanya empat mata dengan Anda.

· Berikan pengertian sejelas-jelasnya mengapa tindakannya salah.

· Mintalah anak meminta maaf bila ia berbuat salah.



arikenya wibowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

belajar menulis, belajar membaca, belajar berkomentar, belajar dikomentari............ why not???